KAUM gay umumnya dikenal sebagai sosok pria yang secara seksual cenderung menyukai pasangan sesama jenis kelamin. Namun, ada gay yang mampu keluar dari kehidupan seksual “menyimpang” itu. Rumah tangga bersama wanita pasangannya berhasil dirajut. Prof Dr dr I Made Subrata, MS, Sp.And, Spesialis Andrologi FK Unud, mengungkapkan ada pasiennya yang mengisahkan pengalaman serupa itu.
“Sebelum menikah
dia mengaku sebagai gay. Lalu ia memperistri wanita. Hanya saja, dia tak bisa
menghasilkan keturunan,” ungkapnya. Ditambahkan seorang gay bisa saja
berpotensi menjadi biseksual. Perilaku seksualnya bersifat ganda, yaitu gay dan
hetero (kontak seksual secara normal dengan lawan jenis -red); menyenangi
pasangan sesama jenis maupun lawan jenisnya.
Rata-rata suami
yang sebelumnya hidup sebagai gay, memicu persoalan bagi istrinya. Wanita
pasangannya cenderung tersiksa secara seksual. “Alasannya menikah mungkin hanya
sebagai kompensasi. Hubungan seksual dengan istrinya sukar berlangsung secara
normal,” katanya.
Karenanya
Subrata ragu atas kemampuan bekas gay untuk memiliki keturunan, meski tak
terutup kemungkinan ada gay yang akhirnya bisa memiliki anak setelah menikah
dengan wanita. Hal itu tergantung kesungguhan mengikuti proses pemulihan
kesehatan reproduksinya. Faktor hormonal
bisa menjadi salah satu pendorong pria menjadi gay. ” Ada jenis hormon tertentu
dalam dirinya yang lebih dominan. Risikonya orang tersebut cenderung memiliki
orintasi seksual yang berbeda dengan kaum heteroseks,” tandasnya.
Namun aspek
medis tersebut bukan menjadi alasan tunggal. Faktor lingkungan dan mental
psikologis lebih besar efeknya bagi terciptanya orientasi seksual kaum gay.
Seseorang menjadi gay bisa dicermati dari dua penyebab. Pertama, bersifat
temporer. Seseorang menjadi gay saat ia berada dalam lingkungan kehidupan
sesama jenisnya.
“Seseorang yang
mendekam di penjara hanya bersama pria lama-lama bisa saja memiliki perilaku
seksual gay,” ujarnya. Kedua,bersifat permanen, yakni seseorang berperilaku
seksual gay sejak akil balig. Pilihan menjadi gay biasanya dalam waktu lama.
Jika melepas ke-gay-annya ia sudah termakan usia saat menyulam tali pernikahan
bersama wanita.
Ditegaskannya,
mantan gay sudah ‘berumur’ yang menikah dengan wanita heteroseks berusia muda,
nyaris tak memicu persoalan reproduksi seksual yang berarti. “Yang bermasalah
jika wanitanya berumur di atas 35 tahun. Risiko keluhan pembuahan sel bisa
terjadi. Kromosom bisa sobek dan menghasilkan kelainan pada anak,” jelasnya.
Namun, prosentase kasus serupa itu terbilang kecil.
Disadur dari :
http://sains.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar