Jumat, 22 Februari 2013

Prof Dr dr I Made Subrata, MS ; Bicara tentang kesembuhan Gay

KAUM gay umumnya dikenal sebagai sosok pria yang secara seksual cenderung menyukai pasangan sesama jenis kelamin. Namun, ada gay yang mampu keluar dari kehidupan seksual “menyimpang” itu. Rumah tangga bersama wanita pasangannya berhasil dirajut. Prof Dr dr I Made Subrata, MS, Sp.And, Spesialis Andrologi FK Unud, mengungkapkan ada pasiennya yang mengisahkan pengalaman serupa itu.


“Sebelum menikah dia mengaku sebagai gay. Lalu ia memperistri wanita. Hanya saja, dia tak bisa menghasilkan keturunan,” ungkapnya. Ditambahkan seorang gay bisa saja berpotensi menjadi biseksual. Perilaku seksualnya bersifat ganda, yaitu gay dan hetero (kontak seksual secara normal dengan lawan jenis -red); menyenangi pasangan sesama jenis maupun lawan jenisnya.

Rata-rata suami yang sebelumnya hidup sebagai gay, memicu persoalan bagi istrinya. Wanita pasangannya cenderung tersiksa secara seksual. “Alasannya menikah mungkin hanya sebagai kompensasi. Hubungan seksual dengan istrinya sukar berlangsung secara normal,” katanya.
Karenanya Subrata ragu atas kemampuan bekas gay untuk memiliki keturunan, meski tak terutup kemungkinan ada gay yang akhirnya bisa memiliki anak setelah menikah dengan wanita. Hal itu tergantung kesungguhan mengikuti proses pemulihan kesehatan reproduksinya. Faktor hormonal bisa menjadi salah satu pendorong pria menjadi gay. ” Ada jenis hormon tertentu dalam dirinya yang lebih dominan. Risikonya orang tersebut cenderung memiliki orintasi seksual yang berbeda dengan kaum heteroseks,” tandasnya.

Namun aspek medis tersebut bukan menjadi alasan tunggal. Faktor lingkungan dan mental psikologis lebih besar efeknya bagi terciptanya orientasi seksual kaum gay. Seseorang menjadi gay bisa dicermati dari dua penyebab. Pertama, bersifat temporer. Seseorang menjadi gay saat ia berada dalam lingkungan kehidupan sesama jenisnya.

“Seseorang yang mendekam di penjara hanya bersama pria lama-lama bisa saja memiliki perilaku seksual gay,” ujarnya. Kedua,bersifat permanen, yakni seseorang berperilaku seksual gay sejak akil balig. Pilihan menjadi gay biasanya dalam waktu lama. Jika melepas ke-gay-annya ia sudah termakan usia saat menyulam tali pernikahan bersama wanita.

Ditegaskannya, mantan gay sudah ‘berumur’ yang menikah dengan wanita heteroseks berusia muda, nyaris tak memicu persoalan reproduksi seksual yang berarti. “Yang bermasalah jika wanitanya berumur di atas 35 tahun. Risiko keluhan pembuahan sel bisa terjadi. Kromosom bisa sobek dan menghasilkan kelainan pada anak,” jelasnya. Namun, prosentase kasus serupa itu terbilang kecil.

Disadur dari : http://sains.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar