Jumat, 22 Februari 2013

Runtuhnya Teori "Gay Gene"

Oleh: Jupiter Dan

Hingga kini, kalangan homoseksual pada umumnya mempertahankan pilihan orientasi seksualnya dengan dengan teori “gay gene”. Teori ini menyatakan, seseorang menjadii homoseksual karena bawaan. “Tuhan memberi kami begini sejak lahir,” begitu alasan terkuat mereka.

Ilmuwan pertama yang memperkenalkan teori “born gay” adalah ilmuwan Jerman, Magnus Hirscheld pada 1899. Dia menegaskan bahwa homoseksual adalah bawaan sehingga dan dia menyerukan persamaan hukum untuk kaum homoseksual..

Pada 1991, 2 periset Dr Michael Bailey & Dr Richard Pillard melakukan penelitian untuk membuktikan apakah homoseksual diturunkan alias bawaan.

Yang diteliti 2 periset ini adalah pasangan saudara –- kembar identik, kembar tidak identik, saudara-saudara biologis, dan saudara-saudara adopsi –- yang salah satu di antaranya adalah seorang gay.

Ringkasnya, riset itu menyimpulkan adanya pengaruh genetik dalam homoseksualitas. Mereka menyatakan, 52 persen pasangan kembar identik dari orang gay berkembang pula menjadi gay. Sementara hanya 22 persen pasangan kembar biasa yang menunjukkan sifat itu.

Sedangkan saudara biologis mempunyai kecenderungan 9,2%, dan saudara adopsi 10,5%. Sedangkan gen di kromosom yang membawa sifat menurun itu tak berhasil ditemukan.

Hasil riset di atas, meski menemukan adanya link homoseksual secara genetika, namun menyatakan bahwa gen bukanlah faktor yang dominan dalam menentukan homoseksualitas.
Dr Richard Pillard, seorang profesor psikiatri di Boston University School of Medicine menegaskan bahwa seksualitas lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan peranan genetik sangat terbatas.

Pada 1993, riset ini dilanjutkan oleh Dean Hamer, seorang gay. Dia meneliti 40 pasang kakak beradik homoseksual. Hasil risetnya menyatakan bahwa satu atau beberapa gen yang diturunkan oleh ibu dan terletak di kromosom Xq28 sangat berpengaruh pada orang yang menunjukkan sifat homoseksual.
Riset Dean ini sangat “dipuja-puja” oleh kalangan homoseksual dan menjadi senjata terkuat mereka. Riset ini dianggap sebagai “penemuan ilmiah yang monumental.” Hasil riset ini meneguhkan pendapat kaum homoseksual bahwa homoseksual adalah kodrati, tak bisa dikatakan sebagai penyimpangan, dan tidak bisa dibenahi.

Meskipun Dean menyatakan homoseksual di kromosom Xq28 ditemukan, namun hingga 6 tahun kemudian, gen pembawa sifat homoseksual itu tak juga ketemu. Dan Dean Hamer mengakui bahwa risetnya itu tak mendukung bahwa gen adalah faktor utama/yang menentukan yang melahirkan homoseksualitas.
“Kami tahu bahwa gen-gen hanyalah bagian dari jawaban. Kami menerima bahwa lingkungan juga mempunyai peranan membentuk orientasi seksual…..Homoseksualitas secara murni bukan karena genetika. Faktor-faktor lingkungan berperan. Tidak ada satu gen yang berkuasa yang menyebabkan seseorang menjadi gay…saya kira kita tidak akan dapat memprediksi siapa yang akan menjadi gay.”

Hamer juga menyebut bahwa risetnya gagal memberi petunjuk bahwa homoseksual adalah bawaan. “Silsilah keluarga gagal menghasilkan apa yang kami harapkan kami temukan: sebuah hukum warisan Mendelian yang sederhana. Pada faktanya, kami tak pernah menemukan dalam sebuah keluarga bahwa homoseksualitas didistribusikan dalam rumus yang jelas seperti observasi Mendel dalam tumbuhan kacangnya,” tulis Hamer.
Teori “gay gene” kian runtuh ketika pada 1999 Prof George Rice dari Universitas Western Ontario, Kanada, mengadaptasi riset Hamer dengan jumlah responden yang lebih besar. Rice menyatakan, hasil penelitian terbaru tak mendukung adanya kaitan gen X yang dikatakan mendasari homoseksualitas pria.

Rice dan tiga koleganya memeriksa 52 pasang kakak beradik homoseksual untuk melihat keberadaan empat penanda di daerah kromosom. Hasilnya menunjukkan, kakak beradik itu tak memperlihatkan kesamaan penanda di Xq28 – yang sebelumnya dirilis oleh Dean Hamer, kecuali secara kebetulan.

Dengan data itu para peneliti Kanada tersebut menyatakan mereka dapat meniadakan segala kemungkinan adanya gen di Xq28 yang berpengaruh besar secara genetik terhadap timbulnya homoseksualitas. Namun demikian, menurut Rice, pencarian faktor genetik pada homoseksualitas terus berlangsung dan mereka juga sedang mencari kaitan pada kromosom lain. Meski demikian, hasil keseluruhan dari berbagai penelitian tampaknya menunjukkan kalaupun ada kaitan genetik, hal itu sangat lemah sehingga menjadi tidak penting.
Selain Prof Rice, hasil riset ini didukung oleh Prof Alan Sanders dari Universitas Chicago. Riset Sander yang tak dipublikasikan juga tidak mendukung teori hubungan genetik pada homoseksualitas.

Ruth Hubbard, seorang pengurus The Council for Responsible Genetics yang juga penulis buku Exploding the Gene Myth menyatakan bahwa pencarian sebuah gen gay, “bukan suatu usaha pencarian yang bermanfaat. Izinkan saya memperjelasnya: Saya tidak berpikir ada gen tunggal yang memerintah perilaku manusia yang sangat kompleks. Ada komponen-komponen genetik dalam semua yang kita lakukan, dan adalah suatu kebodohan untuk menyatakan gen-gen tidak terlibat. Tapi saya tidak berpikir gen-gen itu menentukan.” (Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar